Sebanyak 15 grup tampail dalam iven Festival Musik Puisi 2016 yang diselenggarakan oleh UPTD Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat Jalan Pangeran Diponegoro no 31 Belakang Tangsi Padang Barat, Kota Padang. Festival Musik Puisi 2016 tersebut diselenggarakan selama pada Jumat-Sabtu, 27-28 Mei 2016 di gedung Teater Utama UPTD Taman Budaya Sumatera Barat. 15 grup tersebut merupakan kelompok seni yang ada di Sekolah, Perguruan Tinggi dan Kelompok seni independen di Sumatera Barat.
Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat, Muasri,
mengatakan bahwa taman budaya menggelar kegiatan bertajuk 'Festival Musik
Puisi' yang berlangsung selama dua hari, Jumat-Sabtu, 27-28 Mei 2016. Ia mengatakan
kegiatan tersebut merupakan kelanjutan dari gegiatan Festival Musik Puisi tahun
2015 lalu, dengan harapan bahwa kegiatan festival musik puisi tersebut agar
dapat di gemari oleh para penonton, penggiat dan pelaku seni itu sendiri. Maka
Festival Musik Puisi tersebut dilanjutkan pada tahun 2016 ini diselenggarakan
selama dua hari.
Ia mengaku kegiatan Festival Musik Puisi 2016 ini berbeda dengan
tahun lalu. Pada iven Festival Musik Puisi 2015 lalu, para peserta dibebaskan
datang dan ikut dalam iven Festival Musik Puisi 2015 tersebut. Namun, pada
tahun ini peserta yang hadir dikuratori dan diseleksi untuk tampil di ajang
Festival Musik Puisi 2016 ini. Ada 15 grup yang di undang pada iven Festival
Musik Puisi pada tahun ini.
Enam grup yang tampil pada Jumat (27/5) yakni, Pentassakral, Ranah
Kustik, Komunitas Belanak, Tanah Ombak, SMA Don Bosco Padang dan Komunitas
Rumah Teduh Unand. Kemudian sembilan grup akan tampil pada Sabtu (28/5), yakni
Nan Tumpah, MAN 2 Padang, Teater Imambonjol IAIN Imam Bonjol, Teater
Dayung-Dayung, FAM, Kuliek UNP Padang, SMA 2 Padang, Langit Kustik, Teater
Langkah Unand.
Ia menjelaskan bahwa tujuan kegiatan Festival Musik Puisi 2016 itu
sendiri adalah untuk capaian kreativitas. Sebab kecenderungan seniman terdahulu
dalam karya sastra puisi adalah para seniman atau pelaku seni hanya membacakan
puisi saja. Tapi kecenderungan para seniman, pelaku seni pada saat ini mecoba
merangkai puisi itu dengan musik, yang dikenal dengan 'musikalisasi puisi'.
Namun, saat ini musikalisasi itu terus mengalami perkembangan sehingga
musikalisasi puisi itu, disebut dan dikenal dengan 'musik puisi'.
Melalui Festival Musik Puisi dengan harapan kegiatan ini akan
mendapatkan 'gaya baru' atau 'cara baru' dalam pembacaan puisi. Maka, pembacaan
puisi dalam festival musik puisi ini, terjadi harmonisasi antara musik dan
puisi melalui kegiatan iven Festival Musik Puisi 2016 ini.
Ia menyampaikan rasa berterimakasih kepada semua grup yang telah
ikut berpartisipasi pada Festival Musik Puisi 2016. Ia menyebutkan bahwa
kelanjutan dari kegiatan tersebut bergantung pada semua seniman Sumatera Barat.
Ia berasumsi, jika musik puisi ini digemari oleh masyarat dan memberikan
'sesuatu' bentuk pikiran positif dalam rangka pengembangan karya sastra di masa
mendatang. Festival Musik Puisi ini tentu dengan upaya selanjutnya bisa dilaksanakan
secara terus menerus dan menjadi iven tahunan UPTD Taman Budaya.
Maka kepada penonton yang hadir, lanjut dia, berikan kritik serta
saran dan masukan pada UPTD Tanam Budaya Sumatera Barat dalam hal kelanjutan
kegiatan ini kedepan. Sehingga diluar kegiatan ini mendapat masukan yang
positif untuk melanjutkan kegiatan yang memang memacu kondisi yang lebih
kondusif. Pada para seniman dan sastrawan dapat memberikan masukan sehingga
bersama-sama menciptakan suasana berkesenian yang lebih baik.
Maka perlu dicermati bersama, Taman Budaya mencoba trik baru dalam
hal menyemarakan Festival Musik Puisi untuk meningkatkan jumlah minat penonton,
sehingga undangan untuk menonton diberikan langsung kepada masing-masing grup
dengan harapan positif. Bahwa masing-masing grup bisa membawa pendukung mereka
masing-masing untuk menyaksikan langsung Festival Musik Puisi.
Namun, Taman Budaya memberikan langsung undangan tersebut pada
peserta atau grup dengan harapan peserta dapat membawa pendukung mereka.
Sehingga Fetival Musik Puisi ini lebih ramai di kunjungi oleh penonton dari
tahun sebelum. Maka, Taman Budaya menghimbau mari semarakan kegiatan di taman
budaya ini, Agar kegiatan kesenian di Sumatera Barat lebih semarak, meskipun
kurang menguntungkan dari sisi pendanaan.
Kecuali, kegiatan yang dilakukan oleh seniman dan bekerjasama
dengan UPTD Taman Budaya, tentu diperbolehkan memungut retribusi tanda masuk
dari pelaku seni itu sendiri.
Tetapi taman budaya dalam hal pengelenggaraannya tidak membayar
tanda masuk dan digratiskan bagi penonton yang ikut berpartisipasi menyemarakan
iven Taman Budaya khususnya Festival Musik Puisi 2016. Mungkin hal ini, banyak
masyarat atau penonton yang tidak mengetahui bahwa tidak ada pungutan tanda
masuk pada Festival Musik Puisi 2016.
Ia menyapaikan rasa terimakasih kepada peserta dan penonton yang
telah mendukung kegiatan tersebut. Kemudian permohonan maaf apabila tidak
berada pada proporsinya, kekurangan dan kesalahan dalam hal penyelenggaraan
iven Festival Musik Puisi 2016, karena menurutnya tujuan utama
pengelenggaraannya iven tersebut adalah bagaimana seni sastra pada kesempatan
ini di kemas dalam bentuk Fetival Musik Puisi. Sehingga banyak di Sumatera
Barat benyak lahir karya dan kreativitas dalam memahami karya sastra puisi.
Pada SAbtu 28 mei 2016 riuh tepuk tangan penonton memadati gedung
Teater UPTD Taman Budaya provinsi Sumatera Barat. Ratusan penonton menyaksikan
langsung 9 kelompok seni menampilkan Musik Puisi. Gendre baru musikalisasi
puisi, kolaborasi antara penyair dengan musisi.
Taman Budaya Sumatera Barat mengapresiasi perkembangan
musikalisasi puisi di sumbar, sehingga tahun ini tambud mengadakan festival
musik puisi. Ada 15 kelompok menampilkan musikalisasi puisi dari karya penyair Sumbar,
dan menyair Indonesia. Peserta yang ikut Festival Musik Puisi 2016 ini tidak
hanya dari kelompok musik, namun peserta juga berasal dari kelompok Teater
seperti yang baru saja disaksikan.
Karya sastra dalam iven Festival Musik Puisi disampaikan melalui
nada-nada, melalui tenakan melodi suara atau suasana yang di bangun oleh musik
itu sendiri. Gendre baru musikalisasi puisi, kolaborasi antara penyair dengan
musisi. Namun, musikalisasi ini bukanlah hal yang baru dikenal oleh masyakat
penikmat seni dan pelaku seni itu sendiri. Terbukti bahwa musisi terkenal pun
ikut menyemarakkan puisi ke dalam musik, seperti Ahmad Albar misalnya telah
menggarap puisi dengan beberapa lagu-lalu yang terkenal seperti 'Panggung
Sandiwara'. Selain itu, Bimbo dengan 'Sajadah Panjang' puisi Hamit Jabar dan
banyak lagu-lagu yang terkenal. Lagu tersebut berawal dari syair seorang
penyair.
Komunitas Seni Langit, menampilkan musikalisasi puisi dari puisi
Awal Murebah di lebah-lebah, dan 'Garak-garak Kehidupan Sehahari-hari' karya
Rusli Marzuki Saria (Papa). Puisi-puisi karya Papa banyak memberikan inspirasi
dan pemahaman kepada masyarakat. Papa juga dinobatkan oleh Taman Budaya sebagai
Maetro Sastra Sumatera Barat.
Sementara itu, SMA 2 Padang, menampilkan Musikalisasi Puisi dari
puisi 'Malam Warna-Warni #1' karya Muhammad Ibrahim Ilyas. SMA 2 Padang
membawakan satu buah musik puisi Muhammad Ibrahim Ilyas dan disampaikan dalam
musik puisi. Muhammad Ibrahim Ilyas juga seorang seniman teater di Sumatera
Barat yang benyak melahirkan karya seni pertunjukan teater seperti 'Pekik
Sunyi', dan 'Cabik' banyak pertunjukan hingga saat ini.
Setelah musik puisi SMA 2 Padang dilanjutkan dengan pertunjukan
Musik puisi dari Teater Langkah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas.
Teater Langkah mengaransemen satu musik puisi, 'Hanya Upacara Nelayan' kaya CH
Yurma. Sementara itu, Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia, menampilkan
musikalisasi puisi Sutardji Kalzum Bahri dengan judul 'Kepada Tanah Airku'. FAM
juga berpartisipasi dalam menyajikan satu judul puisi penyair Indonesia.
Komunitas Seni Kuliek, UNP Kampus Selatan menampilkan puisi
Hasanuddin WS berjudul 'Tuhan Jatuh Cinta ini Maha Nikmatnya'. Komunita Seni
Kuliek menamai diri mereka dari pekumpulan badut-badut kampus yang 'nakal', dan
tebar pesona, kerap menerima umpatan dan pandangan sinis dari jumawa berdasi di
kampus, hingg
akhirnya mereka menemukan Komunitas Seni Kuliek. Saat ini
kehadiran Komunitas Seni Kuliek dikampus telah menambah semarah dan decak
kagum. Kemudian badut-badut kampus ini telah menunjukan keberhasilannya pada
tahun 2001 hingga saat ini.
Komunitas Dayung-Dayung INS Kayutanam, membawakan puisi yang
di-musikalisasi-kan. Komunitas Dayung-Dayung membawakan empat judul puisi Rusli
Marzuki Saria. Usai menampilkan empat judul puisi yang digarap menjadi Musik
Puisi oleh Komunitas Dayung-Dayung INS Kayutaman, Kemudian dilanjutkan oleh
Teater Imambonjol (T-IB) merupakan UKM Teater di IAIN Imam Bonjol Padang. T-IB
memainkan empat judul puisi Abrar Yusra seorang penyair Sumatera Barat dan
disampikan melalui Musik Puisi.
Musik dan puisi bagi Teater Imambonjol adalah sebuah ruang
kontemplasi, sebuah ruang kompromi ketika ada hal-hal yang tidak tertanggungkan
dan terkafer, hal itu menurut T-IB bisa diselelsaikan dengan ber-Tuhan. Hal-hal
yang tidak terselesaikan dengan 'puasa', bagi T-IB bisa dimakan dengan puisi.
Kemudian hal-hal yang tidak bisa di-menang-kan, namun bisa di-Minang-kan.
Selanjutnya, hal-hal yang tidak sanggup dihadapi dengan berlaga, bisa di
selesaikan dengan ber-lagu (menyanyi).
Kemudian, pertunjukan selnjutnya dari MAN 2 Padang dan membawa
empat judul puisi Hamid Jabar, penyair Indonesia. Selanjutnya di tutup dengan
pertunjukan musik puisi dari Komunitas Seni Nan Tumpah membawakan empat judul
puisi.
No comments:
Post a Comment