Wednesday, June 1, 2016

Karya Sastra disampaikan melalui Nada-nada


Sebanyak 15 grup tampail dalam iven Festival Musik Puisi 2016 yang diselenggarakan oleh UPTD Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat Jalan Pangeran Diponegoro no 31 Belakang Tangsi Padang Barat, Kota Padang. Festival Musik Puisi 2016 tersebut diselenggarakan selama pada Jumat-Sabtu, 27-28 Mei 2016 di gedung Teater Utama UPTD Taman Budaya Sumatera Barat. 15 grup tersebut merupakan kelompok seni yang ada di  Sekolah, Perguruan Tinggi dan Kelompok seni independen di Sumatera Barat.

Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat, Muasri, mengatakan bahwa taman budaya menggelar kegiatan bertajuk 'Festival Musik Puisi' yang berlangsung selama dua hari, Jumat-Sabtu, 27-28 Mei 2016. Ia mengatakan kegiatan tersebut merupakan kelanjutan dari gegiatan Festival Musik Puisi tahun 2015 lalu, dengan harapan bahwa kegiatan festival musik puisi tersebut agar dapat di gemari oleh para penonton, penggiat dan pelaku seni itu sendiri. Maka Festival Musik Puisi tersebut dilanjutkan pada tahun 2016 ini diselenggarakan selama dua hari.

Ia mengaku kegiatan Festival Musik Puisi 2016 ini berbeda dengan tahun lalu. Pada iven Festival Musik Puisi 2015 lalu, para peserta dibebaskan datang dan ikut dalam iven Festival Musik Puisi 2015 tersebut. Namun, pada tahun ini peserta yang hadir dikuratori dan diseleksi untuk tampil di ajang Festival Musik Puisi 2016 ini. Ada 15 grup yang di undang pada iven Festival Musik Puisi pada tahun ini.

Enam grup yang tampil pada Jumat (27/5) yakni, Pentassakral, Ranah Kustik, Komunitas Belanak, Tanah Ombak, SMA Don Bosco Padang dan Komunitas Rumah Teduh Unand. Kemudian sembilan grup akan tampil pada Sabtu (28/5), yakni Nan Tumpah, MAN 2 Padang, Teater Imambonjol IAIN Imam Bonjol, Teater Dayung-Dayung, FAM, Kuliek UNP Padang, SMA 2 Padang, Langit Kustik, Teater Langkah Unand.

Ia menjelaskan bahwa tujuan kegiatan Festival Musik Puisi 2016 itu sendiri adalah untuk capaian kreativitas. Sebab kecenderungan seniman terdahulu dalam karya sastra puisi adalah para seniman atau pelaku seni hanya membacakan puisi saja. Tapi kecenderungan para seniman, pelaku seni pada saat ini mecoba merangkai puisi itu dengan musik, yang dikenal dengan 'musikalisasi puisi'. Namun, saat ini musikalisasi itu terus mengalami perkembangan sehingga musikalisasi puisi itu, disebut dan dikenal dengan 'musik puisi'.

Melalui Festival Musik Puisi dengan harapan kegiatan ini akan mendapatkan 'gaya baru' atau 'cara baru' dalam pembacaan puisi. Maka, pembacaan puisi dalam festival musik puisi ini, terjadi harmonisasi antara musik dan puisi melalui kegiatan iven Festival Musik Puisi 2016 ini.

Ia menyampaikan rasa berterimakasih kepada semua grup yang telah ikut berpartisipasi pada Festival Musik Puisi 2016. Ia menyebutkan bahwa kelanjutan dari kegiatan tersebut bergantung pada semua seniman Sumatera Barat. Ia berasumsi, jika musik puisi ini digemari oleh masyarat dan memberikan 'sesuatu' bentuk pikiran positif dalam rangka pengembangan karya sastra di masa mendatang. Festival Musik Puisi ini tentu dengan upaya selanjutnya bisa dilaksanakan secara terus menerus dan menjadi iven tahunan UPTD Taman Budaya.

Maka kepada penonton yang hadir, lanjut dia, berikan kritik serta saran dan masukan pada UPTD Tanam Budaya Sumatera Barat dalam hal kelanjutan kegiatan ini kedepan. Sehingga diluar kegiatan ini mendapat masukan yang positif untuk melanjutkan kegiatan yang memang memacu kondisi yang lebih kondusif. Pada para seniman dan sastrawan dapat memberikan masukan sehingga bersama-sama menciptakan suasana berkesenian yang lebih baik.

Maka perlu dicermati bersama, Taman Budaya mencoba trik baru dalam hal menyemarakan Festival Musik Puisi untuk meningkatkan jumlah minat penonton, sehingga undangan untuk menonton diberikan langsung kepada masing-masing grup dengan harapan positif. Bahwa masing-masing grup bisa membawa pendukung mereka masing-masing untuk menyaksikan langsung Festival Musik Puisi.

Namun, Taman Budaya memberikan langsung undangan tersebut pada peserta atau grup dengan harapan peserta dapat membawa pendukung mereka. Sehingga Fetival Musik Puisi ini lebih ramai di kunjungi oleh penonton dari tahun sebelum. Maka, Taman Budaya menghimbau mari semarakan kegiatan di taman budaya ini, Agar kegiatan kesenian di Sumatera Barat lebih semarak, meskipun kurang menguntungkan dari sisi pendanaan.

Kecuali, kegiatan yang dilakukan oleh seniman dan bekerjasama dengan UPTD Taman Budaya, tentu diperbolehkan memungut retribusi tanda masuk dari pelaku seni itu sendiri.

Tetapi taman budaya dalam hal pengelenggaraannya tidak membayar tanda masuk dan digratiskan bagi penonton yang ikut berpartisipasi menyemarakan iven Taman Budaya khususnya Festival Musik Puisi 2016. Mungkin hal ini, banyak masyarat atau penonton yang tidak mengetahui bahwa tidak ada pungutan tanda masuk pada Festival Musik Puisi 2016.

Ia menyapaikan rasa terimakasih kepada peserta dan penonton yang telah mendukung kegiatan tersebut. Kemudian permohonan maaf apabila tidak berada pada proporsinya, kekurangan dan kesalahan dalam hal penyelenggaraan iven Festival Musik Puisi 2016, karena menurutnya tujuan utama pengelenggaraannya iven tersebut adalah bagaimana seni sastra pada kesempatan ini di kemas dalam bentuk Fetival Musik Puisi. Sehingga banyak di Sumatera Barat benyak lahir karya dan kreativitas dalam memahami karya sastra puisi.

Pada SAbtu 28 mei 2016 riuh tepuk tangan penonton memadati gedung Teater UPTD Taman Budaya provinsi Sumatera Barat. Ratusan penonton menyaksikan langsung 9 kelompok seni menampilkan Musik Puisi. Gendre baru musikalisasi puisi, kolaborasi antara penyair dengan musisi.

Taman Budaya Sumatera Barat mengapresiasi perkembangan musikalisasi puisi di sumbar, sehingga tahun ini tambud mengadakan festival musik puisi. Ada 15 kelompok menampilkan musikalisasi puisi dari karya penyair Sumbar, dan menyair Indonesia. Peserta yang ikut Festival Musik Puisi 2016 ini tidak hanya dari kelompok musik, namun peserta juga berasal dari kelompok Teater seperti yang baru saja disaksikan.

Karya sastra dalam iven Festival Musik Puisi disampaikan melalui nada-nada, melalui tenakan melodi suara atau suasana yang di bangun oleh musik itu sendiri. Gendre baru musikalisasi puisi, kolaborasi antara penyair dengan musisi. Namun, musikalisasi ini bukanlah hal yang baru dikenal oleh masyakat penikmat seni dan pelaku seni itu sendiri. Terbukti bahwa musisi terkenal pun ikut menyemarakkan puisi ke dalam musik, seperti Ahmad Albar misalnya telah menggarap puisi dengan beberapa lagu-lalu yang terkenal seperti 'Panggung Sandiwara'. Selain itu, Bimbo dengan 'Sajadah Panjang' puisi Hamit Jabar dan banyak lagu-lagu yang terkenal. Lagu tersebut berawal dari syair seorang penyair.

Komunitas Seni Langit, menampilkan musikalisasi puisi dari puisi Awal Murebah di lebah-lebah, dan 'Garak-garak Kehidupan Sehahari-hari' karya Rusli Marzuki Saria (Papa). Puisi-puisi karya Papa banyak memberikan inspirasi dan pemahaman kepada masyarakat. Papa juga dinobatkan oleh Taman Budaya sebagai Maetro Sastra Sumatera Barat.

Sementara itu, SMA 2 Padang, menampilkan Musikalisasi Puisi dari puisi 'Malam Warna-Warni #1' karya Muhammad Ibrahim Ilyas. SMA 2 Padang membawakan satu buah musik puisi Muhammad Ibrahim Ilyas dan disampaikan dalam musik puisi. Muhammad Ibrahim Ilyas juga seorang seniman teater di Sumatera Barat yang benyak melahirkan karya seni pertunjukan teater seperti 'Pekik Sunyi', dan 'Cabik' banyak pertunjukan hingga saat ini.

Setelah musik puisi SMA 2 Padang dilanjutkan dengan pertunjukan Musik puisi dari Teater Langkah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Teater Langkah mengaransemen satu musik puisi, 'Hanya Upacara Nelayan' kaya CH Yurma. Sementara itu, Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia, menampilkan musikalisasi puisi Sutardji Kalzum Bahri dengan judul 'Kepada Tanah Airku'. FAM juga berpartisipasi dalam menyajikan satu judul puisi penyair Indonesia.

Komunitas Seni Kuliek, UNP Kampus Selatan menampilkan puisi Hasanuddin WS berjudul 'Tuhan Jatuh Cinta ini Maha Nikmatnya'. Komunita Seni Kuliek menamai diri mereka dari pekumpulan badut-badut kampus yang 'nakal', dan tebar pesona, kerap menerima umpatan dan pandangan sinis dari jumawa berdasi di kampus, hingg
akhirnya mereka menemukan Komunitas Seni Kuliek. Saat ini kehadiran Komunitas Seni Kuliek dikampus telah menambah semarah dan decak kagum. Kemudian badut-badut kampus ini telah menunjukan keberhasilannya pada tahun 2001 hingga saat ini.

Komunitas Dayung-Dayung INS Kayutanam, membawakan puisi yang di-musikalisasi-kan. Komunitas Dayung-Dayung membawakan empat judul puisi Rusli Marzuki Saria. Usai menampilkan empat judul puisi yang digarap menjadi Musik Puisi oleh Komunitas Dayung-Dayung INS Kayutaman, Kemudian dilanjutkan oleh Teater Imambonjol (T-IB) merupakan UKM Teater di IAIN Imam Bonjol Padang. T-IB memainkan empat judul puisi Abrar Yusra seorang penyair Sumatera Barat dan disampikan melalui Musik Puisi.

Musik dan puisi bagi Teater Imambonjol  adalah sebuah ruang kontemplasi, sebuah ruang kompromi ketika ada hal-hal yang tidak tertanggungkan dan terkafer, hal itu menurut T-IB bisa diselelsaikan dengan ber-Tuhan. Hal-hal yang tidak terselesaikan dengan 'puasa', bagi T-IB bisa dimakan dengan puisi. Kemudian hal-hal yang tidak bisa di-menang-kan, namun bisa di-Minang-kan. Selanjutnya, hal-hal yang tidak sanggup dihadapi dengan berlaga, bisa di selesaikan dengan ber-lagu (menyanyi).

Kemudian, pertunjukan selnjutnya dari MAN 2 Padang dan membawa empat judul puisi Hamid Jabar, penyair Indonesia. Selanjutnya di tutup dengan pertunjukan musik puisi dari Komunitas Seni Nan Tumpah membawakan empat judul puisi.

No comments:

Post a Comment