Tradisi nenek moyang di Ranah Minang, Sumatera Barat perlahan menghilang tergerus zaman. Bahkan nyaris hilang di tengah masyarakat karena tidak dilestarikan. Salah satunya tradisi manjalang mintuo, baik setelah menikah, menjelang puasa, ma-antakan pabukoan, setelah lebaran dan hari baiak bulan baiak.
Hakekat manjalang mintuo adalah
mengeratkan silaturrahmi antara menantu dengan keluarga mertuanya. Dulu,
menjalang mintua tidak hanya sekedar untuk bersilaturrahmi saja, tapi membawa
hantaran berupa makanan khas.
Membawa penganan khas seperti
ketupat, onde-onde, lemang tapai, kue bolu, jojik, agar agar dan singgang ayam.
Bergangtung pada kemampuan masing-masing serta raso-raso. Tradisi menjalang
mintuo diwajibkan bagi wanita yang baru menikah.
Untuk menjalang mintio, pakaian
yang digunakan pun tidak lah sembarang. Wanita datang berkunjung ke rumah
mintuo minimal memakai baju kurung basiba. Kemudian tradisi manjalang mintuo,
pada menjelang ramadhan, lebaran idul fitri dan hari raya qurban.
Namun, wanita masa kini yang
masih menjalankan tradisi manjalang mintuo hanya dilakukan pada hari raya idul
fitri dan hari raya qurban saja. Padahal di hari-hari penting lainnya seperti
bulan maulut, bulan carai yang disebut hari baiak bulan baiak, tradisi manjalang
mintuo telah ditinggalkan.
Pada hari lebaran tersebut yang
dibawa tidak lagi panganan khas manjalang pada zaman dulu. Ada pula yang tidak
membawa apa-apa saat datang ke rumah martua. Hanya silaturrahmi saja, alasannya
un beragam. Ada yang menganggap sudah tidak relevan dengan zaman. Ada pula yang
beralasan karena tidak mempat membuat atau memasak karena kesibukan. Kendala
ekonomi, jarak rumah mertua yang sangat jauh dan sebagainya.
Meskipun demikian, yang
menjalankan tradisi manjalang mintuo hingga saat ini masih ada. Tapi tidak
semua orang mengetahui makna dan pesan yang disampaikan dalam panganan yang
dibawa tersebut saat manjalang mertua.
Tergantung raso-raso sang menantu
terhadap mertua dan keluarga mertua. Sebab, buah tangan tersebut tidak hanya
untuk mertua saja, tapi diperuntukan untuk saudara ibu mertua, baik laki-laki
maupun perempuan. Terkadang sepupu ibu mertua pun mendapat bagian panganan.
Panganan yang dibawa pun beragam
jumlahnya tergantung pada tingkat atau derajat serta garis lurus keluarga suami
dan istri. Biasanya bagi di Kabupaten Pesisir Selatan, Kecematan Pancung Soal
Inderapura mertua dari diberikan panganan Singgal Ayam atau gulai Ayam pada
saat manjalang.
Hantaran ini dinilai tidak saja
dari wujud tapi dari raso dan pareso menantu kepada mertua. Bagi yang menerima
buah tangan ini, pemberiannya juga dinilai sebagai penghargaan terhadap
dirinya. Perhargaan terhadap mertua dari seorang menantunya atau penghargaan
mertua ke pada menantunya.
Makna isyarat yang diberikan
pada panganan tersebut adalah pendeteksian pelayanan dari suami terhadap
istri. Curhatan hati seorang menantu kepada mertua melalui panganan yang
dibawakannya. Sehingga, dalam panganan tersebut banyak menyimpang pesan
tersirat dalam panganan yang dibawa saat manjalang mintuo. Sebab, panganan yang
dibawa tersebut merupakan kewajiban perempuan, sehingga mertua lebih mengetahui
seperti apa permasalahan dalam keluarga yang dibina oleh anak mereka.
Jika panganan yang dibawa terlalu
manis, kurang garam, serasa pahit, tidak lembut dan keras, kurang kental,
warnanya pucat dan sebagainya mengisyaratkan bahwa keluarga mereka sedang dalam
masalah. Baik itu masalah internal mereka berdua atau dilanda kecemburuan serta
desakan ekonomi.
Kurang etis rasanya jika
perempuan (istri) menceritakan atau curhat kepada mertua (ibu/ayah) suami
tentang kekurangan sang suami. Maka, cerita tersebut disampaikan dan
diisyaratkan dengan panganan yang dibawa saat manjalang mintuo. 'Alun ta kilek
alah takalam' begitulah kata pepatah.
Selain menyampaikan curahan hati
kepada mertua, menantu juga dapat mengetahui selera mertua berdasarkan panganan
tersebut. Apakah sang mertua lebih menyukai banyak garam, atau lebih banyak
cabenya. Selanjutnya, komunikasi suami dan isteri komunikasinya terus
berlangsung mempertanyakan standar selerah dan lidah pengecap mertua. Hal ini
merupakan keafiran yang harus diketahui oleh mertua kepada menantu, karena
kesibukan dan rasa segan untuk menceritakan kekurang serta kelebihan pasangan
kepada mintuo.
No comments:
Post a Comment