Bantu Pomosi Wisata Mewujudkan
Visi Misi Kota Wisata Tambang Berbudaya
Ali Yusuf, Walikota Sawahlunto Diberi Ulos |
Dibawah ruyuran hujan membasahi
lapangan segitiga Ombilin serta karpet merah membentang. Enam orang penari
Tor-Tor berpakaian adat batak keluar dari belakang panggung. Atas bentangan
karpet yang basah penari menghentakan kakinya dengan lincah. Gerakan tarian
yang rampak dan harmonis dan sopan santun tertera dalam tarian Tor-Tor Batak.
Kemudian, dilanjutkan dengan
pemberian Ulos (Songket Batak) kepada tamu undang sebagai penghormatan
tertinggi dan simbol persahabatan. Serta dilanjutkan dengan Pengukuhan pengurus
paguyuban Dos Ni Roha Kota Sawahlunto masa bakti 2016-2020.
JS Simanjutak, Ketua pelaksana
Dos Ni Roha mengatakan bahwa pentas seni dan budaya ini akan mengobati
kerinduan dengan Bonar Pasigit atau
tanah kelahiran (Semalam di Bonapasogit). Ada beberpa penampilan seni baik
paduan suara, Trio dan tarian Tor-Tor serta penampilan pakaian adat Batak.
"Melalui paguyuban Dos Ni
Roha dengan mempragakan pentas seni Kota sawahlunto menjadi lebih semarak.
Kemudian, daerah lain akan mengetahui bahwa kota ini memiliki keanekaragaman
suku adat dan budaya yang harmonis. Hidup berdampingan yang rukun dan damai
serta tetap membertahankan seni budaya leluhur," ungkapnya.
Ia berharap kedepan kegiatan ini
tetap terus berjalan tentu akan lebih meriah lagi dibandingkan hari ini.
Kemudian semangat kekeluargaan dan silaturrahmi antar semasa tetap terus
berjalan dengan baik serta mendukung program pemerintah demi tercapainya visi
misi kota Wisata Tambang Berbudaya.
Sementara itu, P Sitohang,
Penasehat Paguyuban Batak Dos Ni Roha Kota Sawahlunto mengatakan bahwa kegitan
pentas seni budaya semalam di Bonapasogit itu sudah menjadi ivent tahunan.
Paguyuban Batak Dos Ni Roha menampilkan beberapa atraksi dan kebudayaan semua
suku di Tanah batak, seperti kesenian gondang sembilan, Tari Tor Tor serta
musisi Trio Lamtama.
"Dos Ni Roha, merupakan
bentuk apresisan dan partisipasi untuk mendukung program pemerintah dalam
mewujudkan visi misi kota sawalunto menjadi kota tambang wisata dan berbudaya.
Semalam di Bonapasogit ini bertujuan untuk menghibur dan mewujudkan kekompakan.
Kemudian meningkatkan silaturrahmi dari semua unsur komponen yang ada dengan
semangat bersatu teguh dan bercerai runtuh. Sebab, kita menyakini pepatah
dimana bumi di pijak disanalah langit di junjung," sebutnya.
Ia melanjutkan, sebagai bagian
warga kota Sawahlunto, Paguyuban Dos Ni Roha mendukung program pemerintah kota
dalam proses kemajuan kota sawahlunto. Selain itu, pemerintah kota dapat
menerima keberadaan paguyuban batak kota sawahlunto dengan memberikan pembinaan
dan dukungan. Selanjutnya, diharapkan kedepan pemerintah dapat membantu
paguyuban batak Dos Ni Roha untuk masuk dan terlibat langsung dalam kalender
ivent kota Sawahlunto.
"Setiap tahun paguyuban
Batak mengadakan hiburan rakyat, hal ini bertujuan untuk membangun kota
sawahlunto dan membantu promosi wisata kota sawahlunto. Kegiatan ini adalah
memupuk semangat saling mengerti dan saling memahami serta saling mengingatkan
atar sesama. Karena hidup akan terasa enak kalau saling pengertian satu sama
lain dengan rasa kekeluargaan yang tinggi," ungkapnya.
Ia menyebutkan dalam bentuk
promosi wisata kota Tambang berbudaya terus Paguyuban mempunyai cara
tersendiri. "Kegiatan malam ini kita mendatangkan Paguyuban Tebing Tinggi,
Pekanbaru, Batam, Sijunjung dan Solok. Kehadiran mereka ke kota Sawahlunto ini
akan dapat membatu pomosi kota sawahlunto setelah mereka kembali ketempat
masing-masing dan akan bercerita tentang ke indahan kota sawahlunto,"
akunya.
Ali Yusuf, Walikota Sawahlunto
saat memberikan sambutan menyebutkan bahwa Sawahlunto dan Suku Batak telah lama
menjalin hubungan secara emosional. Pada tahun 1834 ada tiga orang pemuda
berdaudara dari Treggano, melalui perahu sampai ke Sumatera langsung menuju
Silungkang Kota Sawahlunto. Singkat cerita, tiga orang saudara tersebut
bolak-balik menjual tenun untuk dipasarkan.
Hal itu memaksanya untuk
bolak-balik dari Trenggano ke Silungkang untuk memasarkan songket akan memakan
waktu lama dan biaya. Maka, pada suatu waktu saudara pertama berkeinginan
mengajak warga Silungkan untuk belajar membuat tenun dan dipasarkan, akhirnya
dikenal dengan songket Silungkang Kota Sawahlunto.
Kemudian, saudara kedua juga
punya memikirkan bahwa suatu hal tidak mungkin terus bersama-sama menjalankan
bisnis. Maka saudara keduanya itu pun pergi ke Sumatera Utara dan disana juga
membuat Tenun yang dikenal dengan nama Ulos. Sementara itu saudara ketiga juga
ingin hidup mandiri dan pergi merantu ke Palembang. Disana juga pengrajin dan
pengusaha tenun dan dikenal dengan Tenun Palembang.
Artinya persaudaraan Negara
Kesatauan Republik Indonesia (NKRI) telah tejalin sejak jaman dulu terutama di
kota sawahlunto. Maka dari itu, tetap bersatu teguh dan mempertahankan NKRI
dengan cara mempertahankan seni budaya, tampa memandang ras, suku, golongan.
Hal ini merupakan salahsatu indikator bahwa bangsa yang besar adalah bangsa
memiliki berbagai budaya terpelihara dengan baik.
"Maka, pemerintah Kota
Sawahlunto dalam hal ini membina, melindungi dan melestarikan adat budaya yang
ada di kota Sawahlunto untuk dilestarikan serta diwariskan ke anak cucu kelak. Untuk
mengembalikan gairah dan semangat budaya yang ada di kota sawahlunto program
pemerintah tidak akan berjalan tanpa adanya dukungan dari adat suku budaya yang
ada di kota Sawahlunto," katanya.
Ali Yusuf menyebutkan bahwa
pemerintah kota berterimakasih kepada paguyuban yang ada di kota Sawahlunto
telah berpartisipasi mendukung program pemerintah. "Suatu kebanggaan bagi
pemerintah kota adanya partisipasi mengembangkan seni budaya yang ada di kota
Mulitikultural hidup harmonis dan berdampingan," tutupnya