Thursday, October 20, 2016

Budidaya Jamur Tiram dikelola Badan Usaha Milik Desa



Jamur Tiram

Untuk meningkatkan produktifitas industri rumahan bagi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dan pendapatan, Desa Kolok Nantuo, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, memprogramkan pembudidayaan Jamur Tiram. Budidaya jamur tiram tersebut guna menambah penghasilan dan pendapatan bagi masyarakat. Sehingga masyarakat bisa menghidupi keluarga dengan usaha rumahan budidaya Jamur Tiram melalui bisnis dengan penganggaran Bandan Usaha Milik Desa (BumDes).

Budidaya jamur tiram tersebut sebelumnya pernah ada di Desa Kolok Nantuo, namun pengelolaan oleh koperasi. Kemudian, budidaya jamur tiram tersebut saat tidak lagi berkembang dan fakum. Maka untuk itu, Desa kembali mengembangkan budidaya jamur tiram tersebut dengan pengelolaan dari BumDes. Hal itu disampaikan dalam penyuluhan budidaya Jamur Tiram dikantor Desa Kolok Nantuo, pada Selasa, 11 Oktober 2016.

"Bumdes Kolok Nantuo memiliki empat unit yakni Katering, satu paket perlatan musik modren (band) dan tradisi, kemudian membeli prodak pertanian masyarakat di agar terhindar dari praktir rantenir ditengah masyarakat," ungkap Adeks Rossyie Mukri, Kepala Desa Kolok Nantuo Kecamatan.

Ia menyebutkan bahwa saat ini dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat yang dihadiri oleh dua kelompok. Masing-masing kelompok ada beranggota tujuh orang. "Setelah penyuluhan yang dilakukan kepada kelompok masyarakat budidaya jamur tiram, maka kedepan masing anggota membentuk kepengurusan dengan penunjukan panitia. Kemudian penganggaran APBDes dianggarkan untuk tahun 2017," sebutnya.

Delzi Fajri, Tenaga ahli  Program Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) mengatakan bahwa  apresiasi atas program kepala desa karena ide cemerlang yang telah diterapkannya untuk perekonomian rakyat.

Ia berharap para peserta untuk serius dalam menjalankan budidaya jamur tiram ini, karena dengan telah dijalankan secara serius tentu kedepan masyarakat diharapkan tidak ada lagi mencari lapangan kerja keluar "hanya akan bernaung diseputaran desa kolok saja dengan hasil yang menggiurkan," tuturnya.

Pelatihan yang diterima masyarakat Desa Kolok Nan Tuo, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto hal itu diterangkan jelas oleh narasumber Wista Arleli, BPP dari Kecamatan Barangin. Ia menyebutkan, untuk produksi dan budidaya jamur tiram tersebut maka perlu diketahui mana jamur yang baik untuk dikonsumsi dan mana yang tidak. Karena jamur tersebut ada yang mengandung racun, maka perlu mengenal ciri-ciri dasar yang sederhana seperti saat jamur dimasak bersamaan dengan menggunakan bahan logam maka akan berubah warna jadi kehitaman "itu tanda pertama jamur yang beracun," katanya. 

Ia menjelaskan jika dimasukkan pada nasi maka nasi juga akan berubah warna menjadi kuning dan bila dicampur dengan bawah putih, makan bawang putih akan berwarna kehitaman. "Dari penampakan luarnya saja juga bisa dilihat, seperti warna yang mencolok dan kotor, cincin pada batang atau tangkainya terlihat menyala dimalam hari," katanya.

Afriyeni salah seorang peserta mengungkapkan bahwa telah melakukan pelatihan-pelatihan sejak lama serta telah masuk pada kelompok jamur tiram, namun karena dana yang kurang dan kelompok tidak kompak, hal itu tidak berkembang hingga sekarang. "Semoga dengan dibangkitkan kembali budidaya jamur tiram ini dapat menjadi peluang besar untuk saya dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari," katanya.

Selain sedikit kata dia, butuh lokasi, budidaya jamur juga tidak perlu perhatian banyak. Harganyapun cukup mahal bila dijual dipasaran, kisaran Rp25ribu perkilo, namun sebelum mengelola harus mengetahui dulu ciri-ciri jamur yang tidak layak konsumsi atau beracun.

No comments:

Post a Comment