Jamur Tiram |
Untuk meningkatkan produktifitas
industri rumahan bagi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dan
pendapatan, Desa Kolok Nantuo, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto,
memprogramkan pembudidayaan Jamur Tiram. Budidaya jamur tiram tersebut guna
menambah penghasilan dan pendapatan bagi masyarakat. Sehingga masyarakat bisa
menghidupi keluarga dengan usaha rumahan budidaya Jamur Tiram melalui bisnis
dengan penganggaran Bandan Usaha Milik Desa (BumDes).
Budidaya jamur tiram tersebut
sebelumnya pernah ada di Desa Kolok Nantuo, namun pengelolaan oleh koperasi.
Kemudian, budidaya jamur tiram tersebut saat tidak lagi berkembang dan fakum.
Maka untuk itu, Desa kembali mengembangkan budidaya jamur tiram tersebut dengan
pengelolaan dari BumDes. Hal itu disampaikan dalam penyuluhan budidaya Jamur
Tiram dikantor Desa Kolok Nantuo, pada Selasa, 11 Oktober 2016.
"Bumdes Kolok Nantuo
memiliki empat unit yakni Katering, satu paket perlatan musik modren (band) dan
tradisi, kemudian membeli prodak pertanian masyarakat di agar terhindar dari
praktir rantenir ditengah masyarakat," ungkap Adeks Rossyie Mukri, Kepala
Desa Kolok Nantuo Kecamatan.
Ia menyebutkan bahwa saat ini
dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat yang dihadiri oleh dua kelompok.
Masing-masing kelompok ada beranggota tujuh orang. "Setelah penyuluhan
yang dilakukan kepada kelompok masyarakat budidaya jamur tiram, maka kedepan
masing anggota membentuk kepengurusan dengan penunjukan panitia. Kemudian
penganggaran APBDes dianggarkan untuk tahun 2017," sebutnya.
Delzi Fajri, Tenaga ahli
Program Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) mengatakan bahwa apresiasi
atas program kepala desa karena ide cemerlang yang telah diterapkannya untuk
perekonomian rakyat.
Ia berharap para peserta untuk
serius dalam menjalankan budidaya jamur tiram ini, karena dengan telah
dijalankan secara serius tentu kedepan masyarakat diharapkan tidak ada lagi
mencari lapangan kerja keluar "hanya akan bernaung diseputaran desa kolok
saja dengan hasil yang menggiurkan," tuturnya.
Pelatihan yang diterima
masyarakat Desa Kolok Nan Tuo, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto hal itu
diterangkan jelas oleh narasumber Wista Arleli, BPP dari Kecamatan Barangin. Ia menyebutkan, untuk produksi
dan budidaya jamur tiram tersebut maka perlu diketahui mana jamur yang baik
untuk dikonsumsi dan mana yang tidak. Karena jamur tersebut ada yang mengandung
racun, maka perlu mengenal ciri-ciri dasar yang sederhana seperti saat jamur
dimasak bersamaan dengan menggunakan bahan logam maka akan berubah warna jadi
kehitaman "itu tanda pertama jamur yang beracun," katanya.
Ia menjelaskan jika dimasukkan
pada nasi maka nasi juga akan berubah warna menjadi kuning dan bila dicampur
dengan bawah putih, makan bawang putih akan berwarna kehitaman. "Dari
penampakan luarnya saja juga bisa dilihat, seperti warna yang mencolok dan
kotor, cincin pada batang atau tangkainya terlihat menyala dimalam hari,"
katanya.
Afriyeni salah seorang peserta
mengungkapkan bahwa telah melakukan pelatihan-pelatihan sejak lama serta telah
masuk pada kelompok jamur tiram, namun karena dana yang kurang dan kelompok
tidak kompak, hal itu tidak berkembang hingga sekarang. "Semoga dengan
dibangkitkan kembali budidaya jamur tiram ini dapat menjadi peluang besar untuk
saya dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari," katanya.
Selain sedikit kata dia, butuh
lokasi, budidaya jamur juga tidak perlu perhatian banyak. Harganyapun cukup
mahal bila dijual dipasaran, kisaran Rp25ribu perkilo, namun sebelum mengelola
harus mengetahui dulu ciri-ciri jamur yang tidak layak konsumsi atau beracun.
No comments:
Post a Comment