Monday, October 10, 2016

Teater Jengkal Bengkulu tampil di Panggung SimFes 2016




Musik JE Ensamble : Teater Jengkal Bengkulu
Musik dol merupakan alat musik tradisi Bengkulu yang dimainkan saat kegiatan Tabot peringatan 1 Muharram tahun Hijriyah. Alat musik dol merupakan alat musik perkusi yang kemudian dipadukan dengan melodi-melodi daerah lain digarap oleh Teater Tengkal Bengkulu. Kelompok teater ini lahir pada tahun 2011 dengan jumlah anggota lebih dari 40 orang. 

Kelompok teater ini pun membidangi sastra, Musik Je Ensamble, Teater dan Sinematografi. Pemainan musik Je Ensamble yang terdiri dari sembilan orang menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton. Kemudian membidangi musik tersebut yang di beri nama Je Ensambel yang didirikan pada tahun 2015 lalu. Sehingga Teater Jengkal Bengkulu pun akhirnya punya kiprah dalam bidang musik etnik yang kemudian di perkanalkan kepada masyarakat luas.
 
Persiapan mengkuti Sawahlunto International Musik Festival (SimFes) 2016 tersebut untuk pentas ke Kota Sawahlunto di lakukan persiapan latihan selama dua bulan. Konsep musik dengan mambawakan ensamble etnik dan musik modern. Menggabungkan dua jenis musik, yakni etnik tradisi Bengkulu dan modern. Penggabungan tersebut di coba untuk digali agar, sehingga hasilnya menjadi sebuah kemasan baru terhadap musik etnik Bengkulu. Tetapi tetap berakar dari musik etnik Bengkulu ditonjolkan.

Jenis musik yang ditampilkan dari unsur etnik alat musik yang digunakan adalah Dol, Poya, Gandai, Kjai dai sumberjang. Kemudian, ada melodi-melodi musik tradisi dari daerah selatan Bengkulu. Semua jenis melodi etnik dari sembilan kabupaten kota di provinsi Bengkulu digabungkan.

"Aransemen musik yang mencoba menggabungkan bebagai instrumen musik yang ada di provinsi Bengkulu. Sebuah karya yang didasari oleh unsur melayu menjadikan instrumen musik yang lebih fresh, variatif serta kekinian. Sehingga menjadikan aransemen musik dengan kemasan baru, tanpa menghilangkan unsur etnik itu sendiri," ungkap Andika Eri Putra Ketua Umum Teater Jengkal Bengkulu, Padang Harapan, Kapuas IV Kota Bengkulu, kepada penulis, Sabtu, 8 Oktober 2016.

Ia menyebutkan bahwa penggaran musik je ensambel tersebut pesan yang ingin disampaikan dalam penggarapan musik tersebut adalah Bengkulu mempunyai unsur dan instrumen musik yang kaya. Tetapi belum digali dan belum tergarap dengan baik musik etnik atau tradisional tersebut.

Group Je Ensamble yang lahir pada tahun 2015 mencoba menggali kembali jenis musik etnik yang dimiliki untuk diperkenalkan kepada masyarakat. Sehingga instrumen-instrumen musik tradisi yang ada di Bengkulu di cemas secara modern.

Komunitas ini sendiri pernah tampil memenuhi undangan, Bulungan membawa pertunjukan teater. Kemudian, pada malam ini tampil di SinFes dan saat ini sedang melakukan persiapan pada bulan november mentas di Jambi. Hingga saat ini persiapan yang telah dilakukan adalah selalu latihan rutin sekali dalam seminggu. Kemudian, latihan perhari masing-masing untuk melakukan penggalian seni budaya dan etni. Kemudian latihan kolektif dilakukan sekali dalam seminggu.

Sementara itu, Ali Yusuf Walikota Sawahlunto menhimbau kepada warga kota sawahlunto serta peserta SimFes yang hadir malam ini berpartisipasi dalam menyukseskan acara ini. Melalui SimFes 2016 ini jika ada terdapat kekurang dalam penyelanggaraannya diharap masukan dan kritikannya, sehingga menjadi bahan efaluasi. Maka pada tahun mendatang, penyelenggaraan SimFes akan menjadi lebih baik dari sekarang.

"SimFes sebelumnya diselenggarakan tidak memakai tema. Namun tetap fokus pada bagaimana musik tradisional yang ada di manca negara berkumpul di kota Sawahlunto ini. Maka, banyak komunitas dan sanggar serta musisi lokal bermunculan di kota ini, sebagai dampak dari penyelanggaraan SimFes tersebut," ungkap Ali Yusuf Walikota Sawahlunto pada penutupakan acara tersebut.

Ia melanjutkan selain bermunculan komunitas di kota Sawahlunto namun budaya juga memiliki perkembangan di kota ini. Kemudian, efek yang muncul selama penyelenggaraan SimFes 1-6 tersebut banyak bermunculan eksistensi budaya lokal yang selama belum tergubris. "Sehingga musik-musik tradisi pun banyak lahir di sawahlunto, seperti kuda lumping, ok buana lestari, dan sebagainya. Maka pemerintah kota, sangat mendukung kegiatan-tersebut sehingga menjadi momentum untuk promosi daerah," katanya.

No comments:

Post a Comment