Saturday, October 15, 2016

Pabrik Sepatu Home Industri Desa Santur Terkendala Bahan Baku



Pabrik Sepatu Desa Santur Dusun Kayugadang

Desa Santur Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, sebelumnya memiliki kelompok industri Sepatu bertempat di Dusun Kayugadang. Kelompok tersebut beranggotakan masyarakat Dusun Kayugadang menjadi program pemerintah kota. Sehingga Desa Santur dijadikan Desa produktif kerajinan sepatu yang diberi nama Sepatu Kayugadang.

Kerajinan sepatu ini akan dimasukan pada Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDes) 2016, ternyata dana yang dibutuhkan cukup besar. Sehingga penjarin sepatu tersebut dimasukan pada pengganggaran kota ke Dinas Perindusterian, Perdagangan, koperasi dan tenagakerja (Dinasperindagkopnaker) Kota Sawahlunto. "Pelaku usaha sepatu Kayugadang terkendala oleh bahan baku. Jadi, pada tahun 2017 akan terealisasi dari dana kota pengelola oleh Dinasperindagkop," ungkap Zulfa, Sekretaris Desa Santur, kepada penulis, Rabu, 12 Oktober 2016.

Ia mengatakan kelompok pelaku usaha home industri dengan mengajukan pengganggaran sebesar Rp200 juta. Tatapi Badan Usaha Milik Desa (BumDes) tidak bisa mengganggaran sebanyak itu. Kemudian, APBDes yang diutamakan swakelola pembinaan masyarat.

"Desa Santur memiliki program peningkatan ekonomi masyarakat, yakni kesenia kuda kepang mahar budaya karang anyar, kelompok jahir dan bordir kurang anyar, penakaran burung birt berkicau. Tiga program ini telah mulai berjalan dengan memberikan pelatihan kepada masyarakat berdasarkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki," katanya.

Zulfa mengatakan bahwa selain itu, Desa Santur telah dibentuk BumDes yakni citra Santur Mandiri yang bergerak dibidang jasa. Citra Santur Mandiri ini terbentuk sejak bulan Maret, lalu memiliki molen yang berfungsi untuk aduk semen. "Desa Santur mempunyai lima dusun dengan jumlah penduduk sebanyak 3704 jiwa dengan 891 Kepala keluarga," katanya.

Delzifajri Tenaga Ahli  Program Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Sawahlunto mengatakan bahwa produksi sepatu Dusun Kayu Gadang Desa Santur yang perlu dibenahi adalah manajemen pengelola, baik dari segi kualitas dan kuantitas produksi harus mampu memenuhi permintaan. Jika, manejemannya bagus maka akan terjadi persaingan yang sehat, baik itu antar sesama anggota kelompok untuk memperlihatkan kinerjanya, termasuk persaingan terhadap pendistribuasian hasil produk baik disain.

Selain itu, jika managemannya baik tentu masing-masing memiliki daya saing dan target yang ingin di capai. Berapa jumlah produksi, kemudian pangsa pasar prodak yang harus di jual. Kemudian memasok barang ke distribotor daerah lain atau menjual langsung sampai kedaerah. Manajemen yang baik akan membentuk strategi yang baik pula termasuk stragegi pemasaran prodak yang dimiliki.

Kayu Gadang sebetulnya memiliki pengalaman bekerja di salah satu pabrik sepatu, kemudian pulang kampung dan berusaha untuk membuat produk sepatu. Sehingga terbentuklah home industri. Tetapi pelaku home industri tidak membanyangkan pangsa pasar, siapa yang akan harus membeli. Kemudian dari segi kualitas bahan atau barang serta desain yang dirancang sehingga tampilannya pun menarik. Bagaiman memasarkannya tidak hanya dilokal tetapi masuk ke daerah lain pemesarannya.

"Hal itu tidak dilakukan dengan baik, termasuk konsep yang matang oleh pelaku industri. Tentunya hal itu tidak terlepas dari manajemen, bagaimana prodak yang ditamiliki bisa tembus pangsa pasar. Bicara pangsa pasar tentu harus siap untuk bersaing dengan pasang pasar tersebut. Agar prodak yang dimiliki home industri tersebut harus diketahui banyak orang, tentu dengan cara pomosi," katanya.

Selanjutnya, untuk memikirkan pangsa pasar tentu harus mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) yang bagus, manajemen yang baik serta konsep yang terencana. Jika hal itu telah terpenuhi maka home industri sepatu kayu gadang bisa bersaing di pangsa pasar karena telah memiliki brand dan merk. Padahal Kayu Gadang telah memiliki brand, maka hal itu perlu di evaluasi.

"Harus ada manajemen, ada perusahaan oleh desa yang dimanfaarkan oleh karyawan desa. Agar bisa berfikir lebih maju. Tetapi selama ini yang terjadi adalah dengan mengharapkan bantuan. Setelah bantuan itu habis maka produksi pun berhenti. Sebab, pelaku industri hanya memikirkan sekedar untuk mendapatkan "makan" saja tempa memikirkan kesejahteraan," ungkapnya.

Ia menyebutkan bahwa setelah terbentuk home Industri Sepatu dan dikelola secara kelompok, kemudian pada akhir tahun 2015 lalu tidak lagi memproduksi. Untuk memulai kembali membutuhkan biaya dan memulai kembali dari nol. Maka, untuk langkah lanjutan, maka bisa dijadikan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dengan penganggarannya dari APBDes dengan mengikuti aturan main yang ada.

"belajar dari kegagalan sebelumnya, kenapa dulu pernah ada produksi sepatu, namun sekarang tidak lagi muncul dan hilang. Maka, untuk memulai kembali harus ada manajeman yang baik dan bagan struktur organisasi yang jelas. Kalaulah yang menjadi kendala adalah dana, bisa di tanggunali dengan dana desa, tetapi harus mengikuti aturan main. Jika tidak, maka bisa sampai ke ranah hukum," ungkapnya.

No comments:

Post a Comment