Desa Balai Batu Sandaran, Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, memiliki potensi dibadang pertanian untuk ketahanan pangan. Desa yang memiliki tiga dusun dengan sumber pendapatan masyarakat sebagai bertani sawah seluas 135 ha Sawah. Namun, saat ini petani keluhkan banyak hama keong emas, babi, kera dan burung yang menyerang sawah petani.
"Saat ini Sawah petani di serang banyak hama, terutama pada musim tanam sawah petani dimakan keong emas. Sehingga untuk mengusir hama keong emas tersebut petani harus memilih keong yang ada di dalam sawah dan di buang. Kemudian, setelah dibuang barulah petani mulai menanam padi," ungkap Burkaini, 42, Ketua kelompok Tani Koto Tingga, Desa Balai Batu Sandaran, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto kepada Penulis Rabu, 22 Februari 2017.
Ia mengatakan bahwa setelah petani bercocok tanam, maka wabah hama keong tersebut kembali menyerang padi petani dengan memakan batang padi petani. Sehingga padi yang ditanam tiga bantang menjadi sebatang dan bahkan sampai habis. Akibatnya petani kembali menyisip padi yang dimakan keong emas tersebut.
"Petani kembali menyisip padi yang dimakan hama keong sembari memilih keorang lalu membuangnya. Jika hal itu tidak dilakukan maka, padi petani akan habis dan hasil produksi petani pun menjadi berkurang. Kemudian, keong tersebut bertelur warna merah jambu dengan berkembang biak dengan cepat" ujarnya.
Kemudian, lanjut dia, setelah padi berumur 1,5 bulan, keong tidak lagi kuat memakan batang padi karena batang padi telah mengeras. Petani, dihadapkan dengan hama Kera yang merusak rumpun padi. Karena kera tersebut mengobrak abrik rumpun badi segingga batang padi menjadi patah-patah. "Kera tersebut membelah rumpun padi sampai ke umbi padi mencari ulat untuk di makan. Akibatnya, padi petani menjadi rusak dan batang menjadi patah patah serta rebah. Maka, padi yang rebah tersebut menjadi layu kemudian mati," ujarnya.
Selanjutnya, kata dia, mada malam hari padi petani juga diserang hama babi yang memakan padi petani, serta merusak batang-batang padi petani. Sehingga untuk menghalau hama babi tersebut petani harus berjaga malam di sawah menghuni padi agar tidak di makan babi.
"Kalau padi telah berbuah dan mulai menguning, padi petani hama burung pipit pemakan padi. Karena burung pemakan padi saat ini sangat banyak. Apalagi saat ini padi petani di Pondok Tingga sedang berbuah. Jadi, di saat siang hari petani menghalau burung termasuk kera yang merusak dan memakan padi di sawah. Kemudian pada malam hari menghalau babi agar tidak di makan babi," katanya.
Burkaini mengungkapkan bahwa langkah yang diambil petani tersebut sebagi upaya pencegahan dari serangan hama. Ada seluas 15 ha sawah petani di Koto Tingga terdiri dari 27 orang anggota. Tapi, pada umumnya petani harus fokus pada satu pekerjaan seperti bersawah, sehingga petani tidak bisa mencari kerja sampingan. "Mulai dari menyemai benih sampai pada masa tanam, petani telah mulai fokus pada sawah. Karena, harus mengisi air sawah secara teratur, sebab padi membutuhkan banyak air. Kemudian, memungut keong, menghalau kera yang merusak padi dan malam hari menhalau babi," katanya.
Ia mengaku dalam setahun petani bisa bercocok tanam hingga panen dua kali dalam setahun. Musim tanam tahun lalu petani banyak yang gagal panen karena musim kemarau. Meskipun sawah petani sumber airnya dari irigasi namun karena musim kemarau air menjadi kecil. Kemudian, tanah banyak yang rengkah sehingga air menghilang sebelum sampai ke areal sawah petani.
"Irigasi sawah areal pertanian Koto Tingga sangatlah jauh dari Sungai yang menjadi sumber air untuk di alirkan kesawah. Dari sungai, sebagai sumber air kemudian dialirkan hingga sampai pada areal sawah petani telah dibuat irigasi. Panjang irigasi dari sungai sampai ke sawah petani sepanjang 3 km. Kemudian, untuk sampai ke areal sawah petani air tersebut telah mengering dan menghilang. Akibatnya banyak petani yang gagal bertanam karena sawah petani mengeras karena tidak mendapatkan air," paparnya.
Selanjutnya, irigasi sawah petani tersebut sebelumnya masih tanah sehingga air mudah kering maka ada bantuan untuk pembangunan irigasi dengan beton. Untuk pembenahan irigasi tersebut dibantu oleh pemerintah. "Saat ini irigasi tersebut telah di semen sepanjang 2,5 km yang telah di semen dan tingga sepanjang 500 meter lagi yang belum di semen," lanjutnya.
Rita Susanti, Sekretaris Desa Balai Batu Sandaran, Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto, mengatakan bahwa untuk mengatasi hama kera tersebut warga masyarat beserta petani bersama-sama memburu kera. "Setiap hari Selasa warg bersama-sama berburu menghalau kera dengan menembak. Langkah ini untuk mengusir dan mengurangi jumalah hama kera yang merusak padi petani," ujarnya.
Ia melanjutkan bahwa Desa Balai Batu Sandaran terdiri dari 216 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk sebanyak 680 Jiwa. Pada umumnya masyarakat Desa Balai Batu Sandaran mata pencarian mereka adalah petani dengan jumlah areal persawahan 135 ha. "Untuk akses jalan menuju areal sawah petani telah di beton sehingga hasil produksi padi petani bisa diangkut dengan kendaraan. Dibandingkan sebelumnya untuk mengangkut hasil pranen padi petani dengan dipikul menggunakan tenaga orang," katanya.
No comments:
Post a Comment