Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Kota Sawahlunto, Sumatera Barat terus bertamabah menjadi 32 orang pasien anak-anak. Sementara 3 orang pasien lain merupakan pasien dewasa, 2 sudah pulang dan 1 orang pasien masih dirawat. 5 orang pasien anak-anak masih di rawat dan 27 pasien lainnya dinyatakan pulang.
"Dari 32 pasien DBD anak-anak, 27 diantaranya sudah pulang dan dinyatakan sembuh, 5 pasien yang masih dirawat. Sedangkan 3 pasien DBD dewasa, 2 sudah pulang dan 1 orang masih dirawat," ujar Handriagus Yusa, Kasi Pemasaran dan Humas, RSUD Sawahlunto, kepada Penulis, Rabu, 1 Februari 2017.
Ia mengatakan bahwa selah diagnosa masien dinyatakan DBD, maka penanganagan terhadap pasien pengobatan, kelambu supaya tidak menyebar ke pasien yang lain. Sebab, penyebaran DBD melalui gihitan nyamuk makanya setiap pasien pasang kelambu.
"Pihak rumah sakit juga memberikan edukasi terhadap keluarga pasien untuk menjaga kbersihan. Semua pasien DBD yang masuk, pengobatan dan perawatan dapat ditangani RSUD Sawahlunto tanpa merujuk. Selain pasien rujukan dari puskesmas, penderita DBD langsung berobat ke rumah sakit," katanya.
Ambun Kadri, Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Sawahlunto menyebutkan bahwa pasien menderita DBD bertambah. Penyebab pastinya demam berdarah atau DBD tidak dapat dipastikan secara persis. Namun yang bisa dilakukan pencegahan ketika ditemukan penderita, dengan fogging dan pemeriksaan jentik di lingkungan penderita, sekaligus memastikan sumber DBD.
"Kita telah melakukan langkah antisipasi dengan fogging atau pengasapan di tempat yang kemungkinan tumbuh dan berkembang jentik nyamuk. Selain itu, melakukan pemeriksaan jentik nyamuk dan tindakan bersih-bersih," katanya.
Ia menyebutkan bahwa sebagian besar pasien merupakan anak-anak dan tersebar di empat kecamatan di Kota Sawahlunto. Untuk langkah antisipasi tersebut telah dilakukan pengasapan melalui koordinasi dengan puskesmas dan Desa.
"Pengasapan tersebut harus dilakukan goro terlebih dahulu, sehingga jentik dan air tergenang yanh menjadi sarang nyamuk bisa mati. Makanya, kita melakukan koordinasi dengan puskesmas, kemudian pihak puskesmas melakukan peninjauan lokasi rumah. Maka, apabila terdapat jentik maka disarankan untuk membersihkan air bergenang kemudian dilakukan pengasapan," ujarnya.
Ia mengaku fogging tersebut telah dilakukan dibeberapa desa dan kelurahan sesuai dengan permintaan masyarat. Karena tanpa adanya permintaan dari masyarakat maka fogging tidak dapat dilakukan dengan alasan bahwa sebelum fogging dilakukan harus goro terlebih dahulu. Karena fongging merupakan bahan kimia dan memiliki efek samping.
"Kalau tidak giro dikawatirkan jentik pada air yang tergenang tidak akan mati. Maka, harus dikeringkan terlebihdahulu tempat atau wadah genangan air, barulah kemudian fogging, agar jentiknya bisa mati," paparnya.
Ia menjelaskan bahwa untuk fogging tersebut menggunakan aggaran rutin, dana kewaspadaan. Besok (kamis 2/1) akan dilakukan fogging di Sikalang dan Kampung Teleng. "kita menghimbai agar masyarakat selalu memperhatikan kebersihan lingkungan, tidak membiarkan air tergenang dan rutin membersihkan bak mandi. Langkah-langkah tersebut merupakan cara mencegah penyakit demam berdarah yang sederhana namun terbukti ampuh dan efektif," ujarnya.
No comments:
Post a Comment