Saturday, February 4, 2017

Siswa Belajar Di Ruang Labor Dan Ruang Baca Perpustakaan Sekolah

Siswa Belajar Di Ruang Baca Perpustakaan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Sawahlunto, Sumatera Barat masih kekurangan lokal yang menampung 24 orang siswa, sehingga proses belajar siswa memanfaatkan ruang baca pustaka. Kekurang lokal tersebut telah berlangsung selama empat tahun lalu, akibatnya siswa belajar ruangan labor kemudian pindah ke ruang baca pustaka.

"Kita masih kekurang lokal untuk belajar siswa kelas VII. Sebelumnya siswa belajar memanfaatkan ruang labor selama dua tahun berjalan. Kemudian, siswa pindah belajar ke perpustakaan sekolah memanfaatkan ruang baca perpustakaan dan telah berjalan selama dua tahun pula," ujar Darmayeri, Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Sawahlunto kepada Penulis Selasa, 30 Januari 2017

Ia menyebutkan bahwa untuk penambahan lokal tersebut telah diusulkan ke Dinas Pendidikan. Namun, untuk penambahan lokal tersebut tidak bila dilakukan karena tidak adanya lokasi atau tanah untuk pembanguan lokal tambahan.

"Solusi yang ditawarkan kepada Dinas Pendidikan untuk penambahan kelas dengan membangun kelas bertingkat. Tetapi, untuk memambah pembanguan fisik sekolah dengan bertingkat belum boleh dilakukan karena belum layak. Sebeb, SMPN 8 Sawahlunto berdiri tahun 2007 dan belum memenuhi syarat menigkatkan bangunan yang ada. Karena untuk meningkatkan bangunan yang ada harus berjalan selama 10 tahun," paparnya.

Ia menambahkan bahwa tahun 2017 akan kembali diajukan kepada Dinas Pendidikan untuk penambahan kelas dengan meningkatkan bangunan yang ada. Karena tahun ini SMPN 8 Sawahlunto telah berumur sepuluh tahun dan telah memenuhi syarat.

"SMPN 8 ini memiliki enam robel, kelas VII dua rombel, Kelas VIII dua rombel dan Kelas IX dua rombel. Jika, dilakukan peningkatan masing-masing rombel maka SMPN 8 Sawahlunto akan memiliki 12 lokal," paparnya.

Ia melanjutkan bahwa jika dipansakan untuk membangun kelas dilokasi yang ada disekitaran maka akan membutuhkan biaya yang cukup besar. Sebab, Sekolah berada dilurah dan dikelilingi perbukitan, maka untuk membangun kelas tersebut harus digali lereng bukit kemudian didatarkan dan harus di dam.

"Kita telah mengusulkan di forum SKPD pada musrembang tahun lalu. Maka, alternatifnya adalah meningkatkan bangunan yang ada, karena sekaitan dengan keberadaan lokasi sekolah yang berada dilembah. Harapannya hal ini dapat terealisasi secepatnya," harapnya.

Darmayeri mengatakan bahwa siswa SMPN 8 Sawahlunto sebanyak 152 orang dengan tenaga pengajar 21 guru. Kemudian guru PNS yang sesuai dengan bidangnya sebanyak 13 orang guru dan telah mencukupi. Namun, untuk memenuhikebutuhan tenaga pengajar siswa maka ada delapan guru honorer. 

"Kita masih butuh guru PNS yang sesuai dengan bidangnya, seperti guru Matematika dan guru bahasa Indonesia. Namun, kita telah memiliki guru matematika dan bahasa Indonesia sesuai dengan bidangnya tetapi masih berstatus honor," ujarnya.

Kemudian, lanjut dia, untuk sarana pendukung proses belajar siswa, seperti labor Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Komputer serta perpustakaan telah terpenuhi. "Kita tinggal menambah buku bacaan siswa untuk diperpustakaan. Kemudia, kita memiliki 18 unit komputer, namun tidak bisa dimanfaatkan untuk Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), karena tidak ada jaringan internet. Maka, 49 orang siswa yang ikut UNBK tersebut menompang ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2 Sawahlunto," lanjutnya.

Marwan, Kepala Dinas Pendidikan Kota Sawahlunto, saat dihubungi Penulis menyebutkan bahwa SMPN 8 Sawahlunto pada prinsipnya telah mencukupi. Namun, untuk meningkatkan bangunan yang ada dengan penambahan lokal akan dianggarkan tahun 2018. "Kita akan kaji terlebih dahulu dan akan konsultasi dengan Pekerjaan Umum (PU)," ujarnya.

No comments:

Post a Comment