Bank Indonesia |
Jarum
jam pukul 09.00 pagi, Aku dan rombongan kembali masuk ke ruang Grateful untuk
materi dihari kedua. Materi pada hari itu membahas tentang Kewajiban
Menggunakan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diwajibkan
penggunaannya.
Ruangan
yang dingin itu, tiba-tiba panas oleh kegiatan diskusi dan debat kusir. Konsep
diskusi yang lebih sederhana dan santai itu, tidak seperti ceramah dalam
penyampaiannya. Namun lebih interaktif antara pemateri dan peserta. Dalam
kesempatan itu, pula aku juga berusaha untuk bertanya dalam di kusi tersebut,
namun, kesempatanku bertanya tidak diberikan. Maklum, karena yang bertanya
untuk sesi tanya jawab banyak. Kemudian waktu sangat terbatas didukung pula
bagi penanya terbaik akan diberikan doorprese berupa power bank.
Materi
dipresentasekan oleh Hermowo Koentoadji, Deputi Direktur Pengelolaan Peredaran
Uang Bank Indonesia. Ia menjelaskan bahwa sesuai himbauan dari pemerintah guna
mendorong penguatan ekonomi nasional. Himbauan itu tertuan dalam Peraturan Bank
Indonesia no 3/PBI/2015 mewajibkan pengunaan Rupiah di Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
"Wajib
menggunakan Rupiah di wilayah NKRI" sebut Hermowo Koentoadji saat
menyampaikan materi. Kewajiban menggunakan rupiah juga telah di atur dalam
Undang-undang pasal 21 ayat 1 undang-undang mata uang. Untuk kewajiban
menggunakan rupiah di NKRI ini, kita juga sudah mengadakan MoU antara Gubernur
Bank Indonesia (BI) dan Kapolri terkait pengunaan Rupiah di NKRI, karena pemakaian Rupiah harus
berdaulat di Negeri Sendiri. Rupiah juga tidak akan menghambat investasi,
karena sudah dari peraturannya pemakaian rupiah di Wilayah indonesia,
dikarenakan undang- undang dibuat oleh DPR dan Pemerintah. "Jadi sudah
dipikirkan lebih jauh sebelum undang-undang itu ada," sebutnya seraya
berbolak balik dari meja satu ke meja yang lain. Ia tampak mengusai panggung
dan audiennya saat itu.
Lebih
lanjut, ia memaparkan bahwa Bank Indonesia (BI) telah bekerjasama dengan Polri untuk menangkap
tangan pelaku yang tidak menggunakan Rupiah apabila melakukan transaksi. Hal
itu tidak terlepas dari temuan Bank Indonesia dalam transaksi legal tender
kurtasi sentelment produk barang dalam negeri.
Ia
menambahkan, bahwa tujuan eksport dalam negeri setiap bulan mencapai 30 hingga
70 juta us Dollar. Jika kondisi itu dibiarkan akan menganggu kedaulatan keuangan
negara secara mandiri. Maka, pembayaran dengan Rupiah wajib, baik itu transaksi
tunai maupun non tunai, karena diwajibkan sesuai undang-undang.
Ia
menyebutkan Bank Indonesia tetap mencermati kondisi pasar serta kondisi
keuangan setiap hari, tetapi kondisi sangat dinamis setiap hari, sehingga Bank
Indonesia memutuskan BI Rate di Level 7.5 Persen. ia menambahkan, akhir tahun
masyarakat Indonesia akan dihadapkan dengan MEA (masyarakat ekonimi ASEA), Bank
Indonesia terus mencermati tentang kondisi perekonomian saat ini. Bank
Indonesia tetap mengambil langkah yang baik, sehingga dapat mensuport
perekonomian Indonesia dan juga dapat meminalisir resiko.
Ia
menjelaskan terkait perbankan yang berhubungan dengan Bank Indonesia, pasti BI
akan selalu mensuport dan secara teknis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah
mempersiapkan untuk peningkatan daya saing tersebut pada pasar global MEA.
Selesai
materi, peserta disiapkan coffe break sebagai jeda mareti berikutnya. Para
perserta berbondong menikmati hidangan beripa makanan. Irama garpu dan sendok
menambah kegaduhan saat menikmati coffe break. Kemudian, suara-suara mengerumpi
karena masih banyak yang menjanggal di kepala, akhirnya terhenti karena
waktunya singkat. Bukan karena majemen waktu yang disediakan oleh panitia,
namun karena pembahasan yang di kupas sangat menarik. Sehingga bermacam
pertanyaan seputar kewajiban menggunakan rupiah dan MEA bertubi-tubi dari
peserta.
Usai
coffe break, tidak menunggu waktu lama, materi selanjutnya telah di depan mata.
Sesi kali ini sebagai pemateri adalah Pimred Warta Ekonomi M. Ihsan. Pemaparan
di mulai pukul 10.45 dan berakhir makan siang pukul 12.30. Ia menguraikan
tentang manulis berita dengan data. Ia menyebutkan pada dasarnya dalam
penulisan berita ekonomi tetap mengacu pada kode etik jurnalistik serta
kopetensi kewartawanan. Sehingga profesional kewartawanan terus terjaga.
Dia
melanjutkan dalam penulisan berita ekomoni dengan data artinya menulis data
tidak melalui angka-angak. "Misalkan, dalam penulisan angka-angka yang
berjumlah banyak. Maka penulisannya perlu memberikan gambaran sederhana,
sehingga lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Misalkan saja, uang senilai 1
millyar itu dengan tunai sebanyak satu koper. Jika uangnnya 1000 milliar berti
seribu koper. Maka, dipahami dan dibanyangkan dalam 1000 Milliar itu jumlahnya
berapa. Maka, dalam menulisannya lebih disederhanakan lagi seperti misalnya
setengah dari APBN, atau miskin 50 persen," lanjutnya.
Kemudian,
usai pemaparan materi kegiatan pelatihan wartawan ditutup secara resmi oleh
Assisten Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Arditya Dinar Fiskiawan.
Usai ditutup secara resmi dilanjutkan dengan pendokumentasian kegiatan
pelatihan dengan berfoto bersama. Setelah berfoto antara narasumber dengan
peserta masing-masing perwakilan Sumbagteg diilanjutkan dengan makan siang di
ruang Grateful itu pula. Usai makan siang para peserta kembali ke tempat
istirahat masing-masing. Acara bebas.
Aku
pun tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bersenang-senang di areal lokasi
Bintan Lagoon Resort. Banyak fasilitas pemandian yang disediakan resort. Mulai
dari kolam ranang anak-anak kedalam 60 meter, sampai dengan kolam renang
kedalam 1,3 meter. Kolam renang tersebut berpencar di setiap tempat.
Aku
hanya berkesempatan mandi di tiga lokasi pemandian. Aku pertamakali mandi
menuju pantai berama Bobby wartawan Koran Padang dan Fadil Wartawan Padang TV.
Pantai yang bersih itu didukung oleh pasir pantai yang putih pula. Sementara
petugas kebersihan hotel selalu bekerja membersihakan apabila ada sampah yang terbawa
ombak. Sepanjang pantai tersebut di tersedian kursi tempat berjemur. Banyak
bule yang mandi di pantai mekai kebini ada pula yang sedang berjemur sembari
mabaca buku.
Setelah
memuaskan hati berenang di pantai, aku dan dua orang temanku yang lain pindah
berenang ke kolam renang anak-anak. Di kolam renang tersebut aku bertemu dengan
Nova Anggraini wartawan Haluan, Melda Riani wartawan Padangmedia.Com, Novika
Akhiarti wartawan Classy FM dan Dianita Ekawati wartawan Sipp Female.
Mereka
mandi mengenakan jilbab dan tidak seperti tamu yang lainnya. Perbedaan terlihat
mencolok dengan tamu yang lainnya. Mereka berdua perempuan minang tetap
mempertahankan budayanya, meskipun tempat pemandian tersebut banyak bule
memakai kebini.
Usai
berfoto-foto di kolam renang tersebut akhirnya aku pun berpindah ke kolam
renang berikutnya. Bobby dan Fadil tetap ikut. Hari bertambah sore, cahanya
matahari mulai redup. Sedang para perempuan yang lain menuju hotel. Aku terus
berjalan di jalan setepak yang telah di buat resor agar rumput taman tidak di
injak. Sekitar 5 berjalan kaki akhirnya aku sampai ke kolam renang berukuran
cukup besar dengan kedalaman 1,3 meter.
Kolam
tersebut juga banyak tamu dan bule yang berenang. Kolam senang tersebut di
sediakan gawang baske, sehingga para pengunjung dengan keceriaan bermain basket
di kolam renang tersebut. Usai mereka bermain basket dan mereka pun menuju
kamar inap masing-masing. Mereka meninggalkan bola basket terapung-apung di
atas air.
Dengan
berenang akhirnya aku pun mencoba mengambil bola basket tersebut terapung dan
mencoba memasukan bola pada ring basket. Regar wartawan Pos Metro bersama Boban
wartawan Rakyatsumbar baru saja sampai di kolam juga ikut bermain basket
bersamaku. Kemudian meyusul pula Bobby wartawan Koran Padang yang barusan asih
berfoto-foto dalam air dengan kamera gopro baru miliknya.
Main
basket barlangsung dua lawan dua. Aku bersama Koran Padang sedangkan Pos Metro
bersama Rakyat Sumbar. Sedang asyik bermain basket di dalam air, menyusul pula
dua orang bule dari Tahiland, seorang ayah bersama putrinya. Permainan
bertambah seru, karena ada seorang putri cantik bergabung main basket
bersamaku. Tampa melewatkan untuk berfoto bersamanya usai bermain basket.
Lampu-lampu
taman telah menyala, sanset berangsur hilang waktu shalat maghib pun masuk. Aku
dan teman yang lain pergi menuju kamar hotel untuk bersiap-siap dan berbenah.
Konon, makan malam para kontingen wartawan Sumbagteg di luar lokasi Resort.
Jam
menunjukan pukul 07.30 semua kontingen telah berkumpul di loby hotel sesuai
Rundown penyelenggara. Aku dan teman yang lain pun berada disana menunggu
jemputan. Penyelenggara BI mengajak wartawan makan malam di Pulau Bintan.
Para
peserta dibawa untuk makan malam diluar dari Resort. Aku dan rombongan makan
malam terakhir di Kelong Restoran Tunteja 533 Desa Sebrang Peteh Kecamatan
Teluk Sebung. Retoran Tunteja tersebut menyediakan makanan laut Seafood dengan
berbagai jenis ikan laut mulai dari kepiting, keong, cumi dan ikan.
Restoran yang berdiri diatas laut tersebut sembari memandang kerlap-kelip lampu
dermaga serta angin malam sepoi-sepoi.
Perjalanan
menuju restoran tersebut memakan waktu 30 menit. Setelah semua kontingen naik
dalam bus, kebelutan saat itu, kontingen Sumbar disediakan satu buah bus dan
tidak bercampur dengan kontingen yang lain. Karena busnya besar sehingga masih
banyak tempat yang kosong dan di isi oleh kontingen Jambi.
Malam
itu, Aku sengaja tidak duduk di bangku, melainkan duduk di kaca depan mobil
mengarah pada penumpang. Aku duduk berdampingan dengan gaet sembari menghibur.
Sehingga perjalanan pun terasa singkat karena banyak sentilan-sentilan. Saat
aku bicara orang-orang dalam bus tertawa ngekeh. Aku disarankan untuk masuk
tand-Up komedi. Karena ide dan cara ku bertutur dapat menyakinkan penumpang
untuk bisa komedian. Aku sendiri pun bingung alasan mereka menyarankan ku
mengikuti komedian tersebut.
Sesampai
di restoran seafood tersebut makan malam pun disediankan. Makanan yang masih
panas membuka selera. Aku dan yang lain saling meberebutan menikmati makan
malam itu. Kerincing sendok dan garpu yang berirama di tambah pula suara
keklak-keclok kulatan. Sembari berfoto-foto, makan malam diwainai bunyi deburan
ombak. Karena restoran tersebut berada di atas laut.
Jam
menunjukan pukul 22.00 malam, aku bersama wartawan yang lain bertolak menuju
resort Bintan Lagoon untuk beristirahan. Perjalan kian seru karena melewati
perkampung terlebih dahulu barulah sampai pada pos jaga yang di jaga dengan
ketat. Dari pos jaga tersebut untuk sampai ke hotel memakan waktu 30 menit
perjalanan. Sepanjang jalan hanya rimba yang di temui sepanjang jalan, serta
lampu penenrang jalan.
Sesampai
di loby hotel, semua telah mengarah menuju kamar masing-masing. Aku pun
demikian. Namun, karena mata tidak mengantuk akhirnya aku menemui Regar dan
bersma rekan ku Bobby. Aku pergi berputar di kawasan resor dengan berjalan
kaki. Usai berkeliling aku pun mencoba menghampiri Klup malam hotel.
Aku
dan dua orang temanku tidak masuk ke dalam klup malam tersebut. Melainkan duduk
di meja depan pintu masuk klup sembari berbincang dengan satpam penjaga klup.
Karena penasaran aku pun bertanya pada penjaga, apakah klup ini boleh dimasuki
oleh tamu hotel. Satpam mengatakan bahwa fasilitas tersebut memang disediakan
untuk tamu hotel. Namun, agar tidak terkejut satpam menjelaskan menu harga klup
tersebut. "Minuman mineral saja di jual seharga Rp120 ribu, belum yang
lainnya jauh lebih mahal," katanya.
Perbincanga
kian menarik serta mendengarkan pengalaman penjaga yang telah bertahun-tahun
disana. Namun malam kian larut, jam menunjukan pukul 00.20 dini hari, sehingga
perbincanganku pun terhenti mengingat hari esok Rabu, 25 November 2015 cek out
kamar hotel pukul 07.30 pagi. Aku pun bergi menuju kamar hotel untuk istirahat. (bersambung…)
No comments:
Post a Comment