Jamur Tiram menjadi salah satu jenis jamur yang banyak
dikonsumsi dan diolah oleh masyarakat Indonesia. Sehingga banyak dijumpai
pemasarannya di tengah masyarakat. Untuk itu, Kota Sawahlunto tepatnya di Desa
Kolok Nantuo Kecamatan Barangin kembali kembangkan Jamur Tiram. Meskipun
sebelumnya pernah dikembangkan dengan mengemas berbagai pengolahan jamur Tiram
tersebut.
Adeks Rossyie Mukri, Kepala Desa Kolok Nantuo Kecamatan
Barangin, Kota Sawahlunto, saat ditemui Rabu, 28 September 2016 mengatakan
bahwa pada tahun 2009 hingga 2013 pernah dibudidayakan Jamur Tiram tersebut.
Namun karena masih sulitnya untuk dipasarkan sehingga petani Jamur Tiram tidak
lagi memproduksi Jamur.
"Masyarakat kita sebelumnya hanya bisa menanam,
kemudian memanen jamur tersebut. Tetapi untuk olahan dan pemasaran mereka belum
bisa. Akibatnya, saat ini tidak ada lagi masyarakt yang membudidayakan jamur
tersebut," ungkapnya.
Ia melanjutkan bahwa karena Jamur Tiram sebelumnya
pernah ada di Desa Kolok Nantuo maka pemerintah desa kembali dorong budidaya
jamur tiram dari petani dengan membektuk kelompok. Program ini bertujuan untuk
dikembangkan dengan memperluas pangsa pasar, seperti perhotelan di Bukittinggi,
Batam dan Pakanbaru. "Kita telah menyiapkan pangsa pasar tersebut, namun
harus menyiapkan produksi jamur 1 ton dalam seminggu. Maka, untuk menyiapkan
hal tersebut maka diperlukan pelatihan," ungkapnya.
Kemudian, terang dia, sosialisasi tersebut berupa
pelatihan teknis terhadap bududaya Jamur. Pelatihan akan diberikan oleh UPTD
Balai Penyuluhan Pertanian (UPTD-BPP). Selanjutnya, masing-masing kelompok juga
akan diberbantukan permodalan dengan Alokasi Dana Desa (ADD). Untuk tahap awal
masing-masing kelompok akan diberikan modal Rp10 juta. Namun, jika prospeknya
bagus dan terus mengalami perkembangan serta bahan olahan home idustri berupa
sanara dan prasarana maka diberbantukan hingga Rp100 juta dari ADD.
"Saat ini ada dua kelompok yang telah bersedia
untuk membudidayakan Jamur Tiram tersebut. Masing-masing kelompok beranggota
sepuluh orang. Maka, pengembangan budidaya Jamur Tiram ini akan dilalukan
sosialisasi kepada kelompok. Sosialisasi akan dilakukan pada minggu pertama di
bulan Oktober," tuturnya.
Selanjutnya, kata dia, Jamur Tiram ini sebelumnya
pernah dibangun oleh industri rumah tangga (home industri) yang
mengatasnamakan koperasi. "Koperasai tersebut beranggotakan keluarga
artinya pribadi. Maka, koperasi tersebut bergerak sendiri dan jalan sendiri
sampai mencari pangsa pasarnya. Lama kelamaan tutup dan tidak lagi berproduksi
dibarengi dengan pangsa pasar yang sulit," sebutnya.
Ia melanjutkan, meskipun Jamur Tiram tersebut pernah
dipasarkan di swalayan di Padang dengan kemasannya masih standar berbungkus
plastik. Jamur Tiram tersebut di jual berupa jamur olahan seperti krispi,
seperti makan kering. Namun, hingga saat ini petani Jamur Tiram tidak lagi
memproduksi jamur tersebut karena sulitnya memasarkan Jamur Tiram setelah panen.
"Maka, potensi tersebut perlu dikembangkan kembali
menjadi home industi bagi masyarakat untuk meningkatkan hasil pendapatan.
Potensi tersebut perlu didukung dengan memberikan sosialisasi kepada
masyarakat," ungkapnya
No comments:
Post a Comment