Sebanyak
1500 orang terdiri dari 110 group dan 80 peserta perorangan mengikuti iven
Sawahlunto Internasional Songket Carnaval (SISca) 2016. Berbagai jenis disain
dan rancangan busana berbahan baku songket pawai dari di sepanjang jalan A Yani
kota Sawahlunto. Peserta pawai carnaval star dimulai dari masjid Agung Nurul
Islam menuju panggung utama Lapangan Segi tiga (lapseg).
Para poto
grafer amatir dan profesional pun ikut memburu momen pawai desain songket
tersebut dari berbagai corak budaya asli Indonesia. Karena keunikan dan warna
warni pakaian peserta yang dirangcang menjadi daya tarik tersendiri bagi
pengunjung. Peserta tidak hanya diikuti oleh orang dewasa saja namun juga
terdiri dari anak-anak.
Carnaval
diawali dengan iringan pembawa songket sepanjang 30 meter, Carnaval yang
mengangkat tema "Pelangi Songket Persatu Bangsa Untuk Peradaban Dunia," dipenuhi peserta dengan beragam berbusana Songket Silungkang
dengan beragam corak dan kreasi memenuhi jalan utama, yang membelah pusat kota
atau lebih dikenal dengan kota lama.
Sorak sorai
pengunjung pun, berhimpitan dengan gendang tabuik dan talempong. Hiruk pikuk
pengunjung yang memadati badan jalan menyaksikan langsung pawai dibawah terik
mata hari, Kamis, 25 Agustus 2016. Para pedagang asongan pun mondar-mandir
mencari rezki disela karamaian iven SISca 2016 tersebut. Semua mendapat tempat
dan semua mendapat bagian pada iven mencari rezki, termasuk ponjual main
seperti balon.
Iringan
peserta carnaval dilepas Sekretaris Daerah Kota Sawahlunto Rovanly Abdams di
depan Masjid Agung Nurul Islam. Sekdako, usai melepas peserta pawai, ikut
bergabung dengan barisan carnaval. Rombongan Walikota Sawahlunto, Ali Yusuf
dengan Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Pemasaran Sutriono Edi, Forum
Pimpinan Daerah (Fopimda), Duta Besar Ekuador Gonzalo Vega M, menunggu di
panggung kehormatan di Lapangan Segitiga.
Iringan
carnaval yang diikuti SKPD Provinsi Sumbar, SKPD Kabupaten dan Kota Sumbar,
sanggar modelling, instansi vertikal, BUMN, BUMD, perusahaan swasta, lembaga
pendidikan, organisasi sosial, komunitas budaya dan kelompok masyarakat Kota
Sawahlunto itu, disaksikan ribuan pengunjung.
Carnaval
yang diperlombakan itu terdiri dari katagori beregu umum luar Kota Sawahlunto
dan dalam Kota Sawahlunto, perorangan siswa SLTP dan SLTA dan perorangan
anak-anak TK dan SD se Kota Sawahlunto.
Walikota
Sawahlunto Ali Yusuf mengatakan, songket diharapkan bisa menjadi penggerak
ekonomi masyarakat dalam mengetaskan kemiskinan di Sawahlunto. Usaha tenun
menjadi lapangan usaha bagi masyarakat di kota ini.
"Usaha tenun songket tidak lagi hanya di Silungkang saja, tetapi sudah berkembang di kecamatan lainnya di Sawahlunto, " ungkapnya.
"Usaha tenun songket tidak lagi hanya di Silungkang saja, tetapi sudah berkembang di kecamatan lainnya di Sawahlunto, " ungkapnya.
Ia
menyebutkan, dengan carnaval ini songket bisa semakin mendunia dan sebagai
nilai budaya yang harus dilestarikan. Selain usaha pertenunan songket mampu
menekan angka kemiskinan, juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi Sawahlunto 6,8 persen.
"Kalau, pada SISCa 2015 peserta hanya diikuti Sawahlunto saja, SISCa 2016 diikuti peserta dari kabupaten dan kota di Sumatra Barat. SISCa 2017, kita kembangkan pesertanya dari seluruh provinsi di Sumatra, " katanya.
"Kalau, pada SISCa 2015 peserta hanya diikuti Sawahlunto saja, SISCa 2016 diikuti peserta dari kabupaten dan kota di Sumatra Barat. SISCa 2017, kita kembangkan pesertanya dari seluruh provinsi di Sumatra, " katanya.
Staf Ahli
Menteri Perdagangan Bidang Pemasaran, Sutriono Edi menyebutkan karena sejarah
songket mengakibatkan harga songket mahal karena nilai historisnya. Jadi,
diharapkan Sawahlunto International Songket Carnaval songket bisa memberi
enerji terhadap ekonomi masyarakat kota ini, selain nilai budaya, promosi
dan pariwisata.
"potensi industri ekonomi kreatif perlu dikembangkan dan tingkatkan lagi dimasa-masa mendatang untuk mengejar pasar global," katanya.
"potensi industri ekonomi kreatif perlu dikembangkan dan tingkatkan lagi dimasa-masa mendatang untuk mengejar pasar global," katanya.
Sementara
itu, Duta Besar Ekuador, Gonzalo Vega M, juga memberi apresiasi terhadap iven
SISCa 2016 ini. Menurut Gonzalo, carnaval songket adalah bentuk apresiasi
masyarakat kota ini untuk melestarikan dan mengembangkan budayanya. Bahkan,
peluang songket untuk mendunia sangat memungkinkan.
"Di tengah berkembangnya industri teknologi, songket sudah pasti mendapat tempat tersendiri di masyarakat dunia. Karena mereka punya cara tersendiri dalam menghargai karya tenunan songket. Ibu, saya juga pernah mendapat kiriman songket, yang kemudian dijadikan sebagai bahan untuk dijadikan baju, " sebutnya
"Di tengah berkembangnya industri teknologi, songket sudah pasti mendapat tempat tersendiri di masyarakat dunia. Karena mereka punya cara tersendiri dalam menghargai karya tenunan songket. Ibu, saya juga pernah mendapat kiriman songket, yang kemudian dijadikan sebagai bahan untuk dijadikan baju, " sebutnya
No comments:
Post a Comment