Monday, July 24, 2017

Sawahlunto Diharapkan Punya Gedung Pertunjukan Randai

Perlu Inovasi dan Kreasi Baru Kreator Randai

Sawahlunto Randai Festival 2017 berlangsung sejak Kamis-Sabtu, 20-22 Juli 2017,  berjalan sukses dan disambut antusias penonton. Pertunjukan seni tradisi Randai peserta masih banyak kekurangan yang harus dibenahi oleh para pelaku seni tradisi randai. Terutama dalam pengembangan ide kreatif kreator seni tradisi randai yang dipentaskan perlu dikembangkan kreasinya. Karena ada kecenderungan dan kesamaan dalam memilih cerita atau kaba pada festival berlangsung di terminal Talawi, Sawahlunto. Kemudian masing masing kelompok randai tidak berusaha untuk melakukan kreasi baru dalam mementaskan seni pertunjukan randai. 

"Seni pertunjukan randai saat ini telah memperlihatkan eksistensinya. Sehingga ada 50 kelompok randai yang ada di kota Sawahlunto yang di motivasi dan di fasilitasi serta solidaritas yang tinggi dari pemerintah kota pada kesenian tradisi randai, sehingga dari awal pertunjukan berlangsung selalu dihadiri oleh pimpinan. Malahan pemerintah ikut serta bersama sama dengan anak randai untuk memakai pakaian anak randai dipakai secara lengkap," ujar Zulkifli, Pengamat dan Akademisi Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, saat memberikan sambutan pada penutupan Sawahlunto Randai Festival 2017, Sabtu, 22 Juli 2017. 

Ia menyebutkan bahwa perkembangan seni tradisi randai dari segi kualitas maupun kuantitas sudah cukup baik. Sehingga kedepan perlu ada galanggang randai atau gedung pertunjukan randai di Talawi. Meskipun ada kabar bahwa galanggang randai tersebut sudah ada, namun harus dimanfaatkan dengan baik. Jadi, kalau gedung pertunjukan tersebut sudah ada, maka untuk selanjutnya dimanfaatkan gelanggang tersebut. Sehingga jika di Solo ada gedung pertunjukan Ketoprak, maka di sumatera barat ada gedung pertunjukan randai adalah di Talawi Sawahlunto. 

"Kasihan kita kepada ibu-ibu yang menonton sembari berdiri dibelakang dan saling berdesakan. Kemudian ada pula ibu hamil yang nonton sementara anaknya yang masih kecil ikut dibimbing untuk menonton seni pertunjukan randai. Antusias untuk menonton pertunjukan patut diapresiasi dan sangat istimewa. Penontom dari usia anak-anak hingga orang dewasa ikut berpartisipasi, menonton pertunjukan seni tradisi randai, dalam menumbuh kembangkan seni tradisi randai di kota Sawahlunto sungguh istimewa," katanya.

Selanjutnya, tambah dia, dengan adanya galanggang pertunjukan seni tradisi tersebut juga akan menambah tingkat kunjungan wisata di Sawahlunto. Maka, siapa saja wisatawan yang datang di Sawahlunto ingin menonton seni tradisi randai, wisatawan atau pengunjung tersebut langsung datang ke Talawi dengan catatan bahwa hari hari dan jadwal latihannya harus terisi. Hal tersebut sangat memungkinkan untuk dapat terisi karena ada sebanyak 50 melompok seni tradisi randai di Sawahlunto yang akan mengisi. 

"Jika tidak ada tempat pertunjukan randai dimana pertunjukan tersebut dapat dinikmati oleh wisatawan. Kemudian industri ekonomi kreatif akan bisa dimanfaatkan atau potensi itu bisa diterima oleh masyarakat untuk industri kreatif dibidang seni pertunjukan randai," ujarnya.  

Menurutnya, selama tiga hari pertunjukan seni tradisi randai berlangsung diikuti oleh peserta tinggat SLTP dan Umum terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan yang dilakukan kelompok randai. Karena ada kecenderungan kesamaan dalam memilih cerita atau kaba seperti Lareh Simawang, Jami Jobang, Gambang Alam. 

"Maka seniman tradisi randai kedepan anak randai atau kreator mendapat tantangan agar bisa menggarap dan melatih anak randai dengan cerita yang baru terutama khas yang ada di daerah Sawahlunto. Sebab, di Sawahlunto ada tiga cerita yang berangkat dari foklor Sawahlunto itu sendiri yakni Jami Jobang,  Sari Alam, dan Bunsu Batuah," katanya. 

Ia mengungkapkan bahwa jika Cerita tersebut para kreator seni tradisi randai belum bisa untuk menggarapnya, karena naskah (cerita) belum dibedah agar dapat melakukan pertemuan dan diskusi untuk membedah (Naskah) cerita tersebut secara besama. Sebab, untuk naskah Jami Jobang, Sari Alam, dan Bunsu Batuah tersebut dipercayakan untuk menulisnya. 

Selanjutnya untuk masa masa mendatang kreatifitas penggarapan naskah carita seni tradisi randai harus ditingkatkan. Karena berdasarkan seni pertunjukan randai yang berlangsung beberapa hari belakangan ini banyak terdapat kemiripan dan kesamaan baik gerak, musik, serta cerita. 

"Kita berharap hal ini tidak terjadi lagi di kemudian hari, sehingga para kreator seni tradisi randai untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kreatifitas diri. Sehingga jangan takut untuk beraktifitas untuk membuka fikiran atau kreatifitas ini sangat mendesak dan saatnya dilakukan pembinaan dan pencerahan," ungkapnya. 

Artinya sebelum festival randai dilakukan, maka diberikan pembekalan terhadap pelaku seni tradisi randai untuk pemadatan materi seni tradisi randai melalui workshop. Mungkin dengan cara tersebut akan meningkatkan kreatifitas dan kreasi dalam menggarap cerita seni tradisi randai.*

No comments:

Post a Comment